Petani, khususnya petani kecil, menghadapi kerugian ekonomi karena hasil pertanian yang tidak stabil. Riset perubahan iklim membantu memahami tingkat kerentanan ini dan mendorong kebijakan adaptasi yang inklusif. Tim peneliti dari Agribisnis UNDIP — khususnya laboratorium Penyuluhan dan Pemberdayaan Masyarakat melaksanakan riset kolaboratif bertajuk “Menggali Indigenous Knowledge Petani sebagai Strategi Adaptif terhadap Dinamika Iklim Global di Kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara”. Penelitian yang berlangsung di Bulan Mei 2025 ini melibatkan 250 petani di Kabupaten Buton. Kolaborasi penelitian ini dilaksanakan oleh Annisa Firdauzi, S.P., M.P., dengan anggota tim Siwi Gayatri, Ph.D., dan Kadhung Prayoga, S.P., M.Si. Annisa sebagai ketua Tim Peneliti menyatakan petani dari berbagai kecamatan turut dilibatkan untuk menggali praktik lokal yang terbukti mampu menjawab tantangan perubahan iklim, khususnya dalam pengelolaan pertanian tradisional yang masih kuat menjaga nilai-nilai budaya.
Penelitian ini juga mencakup kajian tentang Livelihood Vulnerability Serta Strategi Pengelolaan Risiko Perubahan Iklim oleh Kelompok Tani Hutan (KTH), dengan kolaborasi tim peneliti Fatikhah Nurul Fajri, S.P., M.P., dan Pramesti Megayana, S.P., M.Sc. Dalam diskusi bersama Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buton, Bapak Ma’mul Jamal, S.P., M.Si., beliau menyatakan, “Di Kabupaten Buton ini masih menggunakan varietas lokal dan petani masih identik dengan kearifan lokal. Misalnya masih ada upacara adat sebelum mulai tanam hingga menjelang panen. Ada juga wilayah ‘Kaombo’ yang disakralkan sebagai daerah penyangga pertanian yang dijaga untuk konservasi.” Praktik-praktik seperti ini menjadi fokus penting dalam merumuskan strategi adaptasi berbasis pengetahuan komunitas.
Annisa Firdauzi menambahkan kolaborasi antara akademisi dan pemerintah daerah menjadi elemen kunci dalam penelitian ini. Melalui kerja sama dengan Dinas Pertanian Kabupaten Buton, BPP Kecamatan Lasalimu, Kapontori, Siotapina, dan NGO lokal SERABUT (Sekolah Rakyat Butuni), penelitian ini menunjukkan bahwa sinergi multipihak sangat penting untuk menghasilkan data kontekstual yang akurat dan kebijakan yang relevan secara lokal. Skema kolaboratif semacam ini diharapkan dapat menjadi model dalam pengembangan riset kebijakan yang tidak hanya berbasis ilmiah, tetapi juga berpijak pada realitas sosial-budaya masyarakat lokal. Dengan demikian, penelitian tentang perubahan iklim dalam sektor pertanian bukan hanya penting secara ilmiah, tetapi juga vital untuk keberlanjutan ekonomi, lingkungan, dan sosial masyarakat tani.